Kenaikan harga BBM merupakan pilihan terakhir di tengah ketidakmampuan pemerintah mencapai target produksi minyak dan kenaikan harga minyak dunia pada tahun ini.
Ketua Badan Anggaran DPR RI Melchias Markus Mekeng menyatakan dengan ketidakmampuan pemerintah mencapai target produksi minyak yang diperkirakan dalam APBN 2011 sebesar 970 ribu barel per hari maka dibutuhkan anggaran tambahan untuk melakukan impor minyak, meskipun nilai tukar rupiah menguat.
"Lifting tidak tercapai, kita harus impor minyak lebih besar dan kita harus menyediakan dana lagi," ujarnya kepada detikFinance, Minggu (29/5/2011).
Sebelumnya, BP Migas memperkirakan produksi minyak tahun ini hanya berada pada kisaran 933 ribu hingga 945 ribu bph. Berdasarkan data Kementerian Keuangan, setiap penguatan nilai tukar sebesar Rp 100 per US$ 1 akan menghemat anggaran negara sebesar Rp 1,7 triliun.
Adapun sensitivitas anggaran untuk masing-masing komponen adalah defisit Rp 800 miliar untuk setiap kenaikan USS 1 per barel ICP dan defisit Rp 900 miliar untuk penurunan target lifting minyak tiap 5 ribu barel per hari.
Berkaca dengan kenaikan ICP yang terjadi saat ini karena kenaikan harga minyak dunia, Melchias menambahkan pemerintah perlu menambah anggaran subsidi BBM jika ingin menetapkan BBM bersubsidi pada harga Rp 4.500 per liter.
"Harga minyak naik terus karena harga minyak internasional naik, kalau gak mau dinaikkan harga Premium maka subsidi harus dinaikkan. Jadi pemerintah perlu menyediakan anggaran lagi," tegasnya.
Menurut Melchias, terdapat pilihan antara menaikkan anggaran atau menaikkan harga BBM bersubsidi. Jika pemerintah mengambil jalan untuk menaikkan anggaran, maka pihak Badan Anggaran akan memintah pemerintah untuk memangkas semua belanja yang tidak perlu atau menaikkan defisit dengan menambah utang.
"Harus mengurangi budget belanja-belanja gak perlu atau tambah defisit. Ya utang gak ada masalah selama digunakan untuk hal-hal yang penting," ujarnya.
Namun, lanjut Melchias, jika pemerintah mengambil opsi untuk menaikkan harga BBM bersubsidi maka akan ada dampak negatif yang tercipta, yaitu inflasi di tengah daya beli masyarakat yang belum cukup kuat.
"Ada pro dan kontra memang kalau menaikkan harga BBM, harga minyak dinaikkan, harga-harga lain otomatis naik, maka terjadi penambahan inflasi, sementara daya beli masyarakat belum bertambah kuat," jelasnya.
Mengingat dampaknya yang begitu besar, Melchias menyatakan kenaikan harga BBM bersubsidi merupakan pilihan terakhir yang bisa diambil pemerintah dalam menyelamatkan anggaran.
"Kenaikan Premium itu, pilihan terakhir," pungkasnya.
http://www.detikfinance.com
0 comments:
Posting Komentar